Perspektif
Literasi Dongeng atau Cerita Anak
Oleh
Ceria Kristi Br Tarigan
Berbicara dongeng
merupakan kajian sastra anak-anak. Mengingat hal itu istilah “sastra”
dalam bahasa Indonesia mempunyai pengertian mengajar, mengarahkan, memberi
petunjuk dan “tra” yaitu sarana, alat. Secara singkat sastra dapat berarti alat
untuk mengajar. Buku petunjuk, buku instruksi, atau pengajaran; buku petunjuk
mengenai seni cinta, Teeuw dalam (Mursini 2011:7). Dari dongeng terlihatlah
sastra sebagai alat untuk pengajaran, sebab dongeng mengandung ajaran atau
nilai-nilai moral.
Mengutip ulasan pada
“Menumbuhkan Kembali Budaya Mendongeng, 22 November 2015” menarik sekali. Beberapa
bulan lalu, tepatnya Agustus tema mengenai cerita rakyat diangkat menjadi dalam
pekan bahasa. Faktanya hanya beberapa orang tua yang masih mendongeng, hanya
saja ini juga menjadi perenungan untuk setiap orang tua. Jika orang tua sibuk,
setidaknya orang tua mengambil inisiatif untuk memperkenalkan dunia buku kepada
anak misalnya sebuah cerita anak atau dongeng yang dituangkan dalam bentuk
buku.
Liotohe (1991:18)
mengatakan, buku merupakan sahabat karib yang paling akrab bagi sang anak. Sebagai
sahabat karib, buku mempunyai peranaannya dalam turut membantu perkembangan
seorang anak.
Manfaat dari sebuah
buku banyak sekali. Pertama, dengan membaca cerita anak-anak, dia tidak merasa terasing sebab dia turut serta terlibat
di dalamnya. Kedua, memperoleh kematangan emosi, intelek, kemampuan rohani.
Ketiga, menanamkan rasa peka dalam batinnya, untuk bisa membedakan mana yang
baik dan mana yang buruk. Keempat, pengetahuan mereka bertambah dan memperkaya
perbendaharaan kata-kata.
Dengan demikian rasa
ingin tau pada jiwa anak dapat dipuaskan. Mentalnya berkembang dan daya khayal
dapat dibina dan diarahkan kepada tujuan-tujuan yang sehat.
Cerita anak atau
dongeng tentu sangat banyak. Diketahui bahwa cerita anak atau dongeng mempunyai
nilai moral yang tersimpan tidak baik misalnya bawang merah dengan bawang
putih. Perlu saya tekankan bahwa cerita anak atau dongeng tetap harus
diceritakan, namun solusinya adalah perlu memberikan catatan atau pengertian
dari isi cerita yang terkandung di dalamnya.
Proses
Pembelajaran dan Pembinaan
Proses
pembelajaran bahasa Indonesia terbagi menjadi dua bagian yakni linguistik dan
sastra. Salah satu materi sastra yaitu dongeng yang merupakan kajian sastra
anak-anak. Pada hakikatnya, sastra
anak-anak adalah sastra yang dapat mencerminkan perasaan dan pengalaman
anak-anak masa kini, yang dapat dilihat dan dipahami melalui anak-anak. Dari
proses pembelajaran sastra terdapat manfaat nilai sastra bagi anak. Tarigan
(2011: 6-8) membagi ke dalam enam bagian yaitu pertama, sastra memberi
kesenangan, kegembiraan, kenikmatan kepada anak-anak. Kedua, sastra dapat
mengembangkan imajinasi anak-anak dan membantu mereka mempertimbangkan dan
memikirkan alam, insan, pengalaman, atau gagasan dengan berbagai cara. Ketiga,
memberi pengalaman –pengalaman baru. Keempat, mengembangkan wawasan menjadi
perilaku insan. Kelima, memperkenalkan kesemestaan pengalamaan. Keenam, memberi
harta warisan sastra dari generasi terdahulu.
Tidak dapat dipungkiri
sastra lebih dekat dari proses pembelajaran bahasa Indonesia sebab awal
pendidikan dasar memperkenalkan dunia cerita yaitu dongeng. Dongeng atau mendongeng
erat kaitannya dengan proses pemerolehan bahasa. Anak dapat mengasah kemampuannya
dalam menyimak sehingga mempunyai banyak perbendaharaan kata-kata. Untuk itu,
adanya sarana atau media yang menarik untuk perkembangan sastra anak.
Beberapa
dongeng yang dapat diperkenalkan pada anak sejak usia dini melalui berbagai
metode dan media yakni mendongeng yang disampaikan atau dipentaskan, membacakan
buku bacaan, menyediakan buku bacaan, melalui berbagai bentuk permainan seperti
mewarnai, puzzle ataupun menyusun dan menempel stiker puzzle. Metode yang
digunakan haruslah menarik dan kreatif.
Menjadi
pertanyaan adalah bagaimana membuat media atau metode sekreatif mungkin?Metodenya,
adalah memanfaatkan alat atau benda disekitar lingkungan maupun menggunakan alat
elektronik. Sebelumnya peran ini tidak hanya orang tua tetapi guru ikut serta
di dalamnya terlebih guru bahasa Indonesia. Kenyataannya, banyak guru ketika
mengajarkan kompetensi dasar sastra tidak bisa mendongeng serta membaca puisi
dengan baik. Pembinaan ini harus dilakukan. Oleh karena itu, guru dituntut
untuk menambahkan pengetahuan sastra sehingga guru terampil dalam mendongeng.
Guru dapat membaca
dongeng daerah terlebih dahulu lalu guru dapat melihat cara mendongeng dari
versi audio misalnya mendengarkan versi audio dari nusantara bertutur.
Nusantara bertutur adalah sebuah organisasi untuk menumbuhkan kembali budaya
mendongeng. Dengan demikian mari kita saling berbenah dan tetap melestarikan
budaya mendongeng!
Penulis adalah anggota KSI dan alumni
Universitas HKBP Nommensen Medan.
Rebana, ANALISA 20 Desember 2015