![]() |
Sumber Dok Dewan Kesenian Jakarta |
Awalnya Mengikuti Perlombaan Pelatihan Cerita Anak
Niatnya itu pengen ikut, nekad “Bulat” Positive thinking. Tetap yakin, itu aja modal utama aku. Dan Semangatttt! Oh yeah satu lagi, tambahkanlah teman-teman yang suka berbagi. Jadi ketika membuka facebook matamu tidak sakit untuk membaca status teman-temanmu, hehehehe.
Pengumuman Naskah Cerita Anak
Kok cepat kali, ya. Langsung
pengumuman. Tenang, nah di sinilah intinya. Sebenarnya, aku modal nekad, yakin
lulus, aku terapkan saja “the secret”. Selain itu tentunya, menulis naskah yang
akan dikirim. Sesuai persyaratan naskah boleh dikirim sebanyak tiga naskah.
Boleh bentuk cerpen, novelette dan novel. Baik juga naskah yang sudah pernah
terbit atau belum. Waktu itu aku membuat naskah baru sebanyak tiga naskah yaitu
cerpen. Kenapa harus tiga?Bagiku lebih banyak memungkinkan peluangnya daripada
satu naskah. Itulah yang kuyakini. Enggak mungkin satu naskah tidak termasuk
pilihan, lagi-lagi modal percayakan?Selengkapnya, saya akan share tulisan saya.
Sabar, ya!
Setelah aku tulis naskah itu,
naskahnya tidak terlalu panjang kali. Aku sengaja membuat ketiga jenis itu
berbagai jenis cerita anak. Kamu bisa simak dalam ceritaku, nanti. Dan aku pun
mengirim cerita anak itu berkisar dua minggu sebelum pengumuman. Mereka
langsung membalas begitu naskah kita kirim. Balasannya sangat santun sekali.
Hehehe. Jadi enggak sabar untuk pengumumannya. Tepat
tanggal 9 Oktober 2017, aku mendapatkan pesan WA dari Panitia Dewan Kesenian
Jakarta bahwa terpilih menjadi peserta pelatihan untuk berangkat ke Jakarta.
![]() |
WA dari kak Annisa |
Bisa
juga di cek dalam website ini http://dkj.or.id/berita/peserta-terpilih-kelas-penulisan-cerita-anak-komite-sastra-dkj-2017/
Kelas cerita anak tersebut sebanyak 8 kali pertemuan setiap hari Sabtu. Kelas diadakan di Ruang Kaca, kantor Dewan Kesenian Jakarta akan tetapi ada juga tempat pilihan sewaktu kelas berlangsung yaitu Post BookShop, Toko buku yang dikelola dari penulis The Sneakers, Kak Maesy dan Bang Teddy. Seru lho!
Sebenarnya, aku terkendala dengan tugas ngajar. Bayangkan saja sekitar dua bulanan untuk mengikuti kelas itu. Akhirnya, aku meminta ijin saking pengen untuk mengikuti kelas tersebut. Puji Tuhan, masalah kelas tidak terkendala. Aku diijinkan oleh kepala sekolahku. Hingga akhirnya, aku meminta pihak DKJ untuk membuat surat panggilan dengan tebusan Bupati, Kepala Dinas Kab, Kupt Kec, serta terakhir Kepala Sekolah. Hehehhe.. Saya sangat mengapresiasi DKJ telah membantu saya akhirnya selesai dan tidak ada masalah apapun begitu selesai Desember lalu.
Kelas cerita anak tersebut sebanyak 8 kali pertemuan setiap hari Sabtu. Kelas diadakan di Ruang Kaca, kantor Dewan Kesenian Jakarta akan tetapi ada juga tempat pilihan sewaktu kelas berlangsung yaitu Post BookShop, Toko buku yang dikelola dari penulis The Sneakers, Kak Maesy dan Bang Teddy. Seru lho!
Sebenarnya, aku terkendala dengan tugas ngajar. Bayangkan saja sekitar dua bulanan untuk mengikuti kelas itu. Akhirnya, aku meminta ijin saking pengen untuk mengikuti kelas tersebut. Puji Tuhan, masalah kelas tidak terkendala. Aku diijinkan oleh kepala sekolahku. Hingga akhirnya, aku meminta pihak DKJ untuk membuat surat panggilan dengan tebusan Bupati, Kepala Dinas Kab, Kupt Kec, serta terakhir Kepala Sekolah. Hehehhe.. Saya sangat mengapresiasi DKJ telah membantu saya akhirnya selesai dan tidak ada masalah apapun begitu selesai Desember lalu.
Naskah Cerita Anak
Ketika berlangsung kelas Desember lalu. Pihak DKJ membuat pelatihan kelas cerita anak kembali loh. Ayo siapkan ceritamu. Baca link ini ya http://dkj.or.id/berita/kelas-penulisan-cerita-anak-dkj-2018-bersama-reda-gaudiamo/ Ayo semangat untuk angkatan kedua! Siapa ya yang menilai naskah kamu nantinya? Jawabannya adalah Mbak Reda Gaudiamo dan Bang Berto Tukan. Menurut saya Mbak Reda yang banyak ambil ahli penilaian begitu naskah masuk. Mengingat bicang-bincang ketika di kelas. Mbak Reda suka naskah berpetualang, imajinasinya liar, dan unik. Lihat saja karyanya Na Willa. Wuii..baca satu paragraf saja enggak mau berhenti loh. Hhehe. Mbak Reda juga sangat kritis memahami cerita. Koleksi bukunya banyak sekali. Mbak Reda sering membaca karya karya luar juga.
Jujur kedua belas peserta punya gender masing-masing. Dipilih tidak harus karyanya banyak atau terkenal. Buktinya, yang mengikuti tersebut banyak dari penulis senior loh. Panitia terbuka bagi yang baru mengenal dunia sastra anak. Jangan takut!Intinya tetap semangat.
Berikut ini dua naskah yang bisa kamu simak, ya!Selanjutnya akan ada bagian kedua saat berlangsung kelas menulisnya, ya.
1. Cerita
Anak, Dongeng.
Oleh
Ceria Kristi Br Tarigan
Pagi
itu udara masih dingin. Namun, Mak Otik agak lama bangun. Hari sudah terang, ia
malah bermalas malasan di kandangnya itu.
“Duh.
udara masih terasa dingin. Sebentar lagi, Ah..”dengus Mak Otik, siitik. Mak Otik
lupa bahwa adalah ada latihan menjelang lomba tahunan. Mak Otik ikut lomba berenang.
Tiba-tiba
terdengar suara Mak Otek berkoak-koak. Kotek…Kotek..suaranya semakin keras sehingga
membangunkan Mak Otik. “Ya ampun. Suara Mak Otik, apa enggak lihat ada orang
yang tidur, kata Mak Otik dalam hati.
“Mak
Otek…suaramu.” teriak Mak Otek marah.
“Oh.
Dasar Mak Otik, seharusnya kamu diberi hukuman oleh Pak Parto.” ujar Mak Otek.
“Bukannya bangun. Malah bermalasan.” ujar Mak Otek dengan nada tinggi. Mak Otek
lalu berjalan ke kebun Pak Parto sambil menggiring anaknya. Mak Otek baru keluar
dari kandang. Sudah seminggu ia menetaskan telurnya. Anaknya ada sepuluh ekor.
Anaknya pendek dan lucu sekali.
Sementara
Mak Otik sebal sekali. Mak Otik juga iri dengannya. Mak Otek kesayangan Pak
Parto karena banyak anaknya. Sedangkan Mak Otik ceroboh, jika bertelur. Kadang
di rumah Bu Sumi. Lalu, di belakang rumah Bu Kinah. Jadi,telurnya ada di
mana-mana. Itu yang membuat Mak Otek dan Mak Otik berbeda-beda.
@@@
Sore
itu, Mak Otik latihan berenang. Ia semakin pintar. Dan cepat berenang. Ia jadi tidak
sabar dengan lomba tahunan itu. Ia terus latihan sampai hari mulai gelap.
“Dari
manakamu, Mak Otik?Tampaknya kamu kelelahan. Akan kupanggilkan Pak Parto?”
bantu Mak Otek.
“Enggak
usah. Aku tidak haus.” Jawab Mak Otik seadanya. Lagi lagi Mak Otik iri.
Sebenarnya, ia ingin sekali disayang oleh Pak Parto. Tapi karena Pak Parto selalu
menyalahkan kecerobohan Mak Otik. Coba kalau Mak Otik tidak ceroboh. Pasti Pak
Parto juga senang, piker Mak Otek dalam hati. Jadi Mak Otik kadang tidak diberimakan
serutin dengan Mak Otek.
Keesokan
harinya, tibalah perlombaan tahunan itu. Mak Otik berharap Pak Parto melihatnya.
Namun Pak Parto ada kesibukan yang lain sehingga ia tidak datang. Perlombaan akan
dimulai.
“Mak Otik menang..Mak Otik
menang..berulang-ulang kali Mak Otek member semangat.” Mak Otek ingin sekali
member selamat pertama kali. Sebagai temannya, ia sangat bangga juga dengan Mak
Otik, temannya itu. Akhirnya perlombaan itu selesai. Yang diharapkan pun
berbuah manis. Mak Otik juaranya berenang.
“Selamat ya, Mak Otik.
Kamu berhasil!” puji Mak Otek tersenyum gembira!
Mak Otik mengganguk-angguk.
“Terima kasih, ya Mak Otek. Ternyata semangatmu membuatku penuh semangat.
Suaramu keras sekali. Untung juga suara kamu kuat. Haha” puji Mak Otik juga. Ia
senang sekali. Ia berjanji akan berbaik hati dengan Mak Otek.
@@@
Kotek..Kotek..lagi
lagi suara Mak Otek terdengar. Mak Otik penasaran.
“Ada
apa, Mak Otek? Mengapa kamu merasa khawatir. Dan pucat begitu? Tanya Mak Otik penasaran
sekali. Mak Otek berlari kesana kemari. Suaranya sampai terengah-engah.
“Anakku..Anakku
hilang.” Jawab Mak Otek sedih. “Tadi sebentar aku meninggalkan mereka. Tadi ada
yang menggangguku. Setelah itu kembali. Mereka tidak ada lagi di sini.”
“Aduh,
mudah mudahan ketemu. Mungkin mereka sekitar sini. Ayo, kita cari”
Mereka
mencari secara pencar. Akhirnya, Mak Otik mendengar suara teriakan anak ayam Mak
Otek. Mereka berkumpul. Satu anak ayam Mak Otek tenggelam di genangan air
kecil.
“Mak
Otek…Mak Otek..anakmu di sini.” teriak Mak Otik. Mak Otik juga membantu anak ayamnya
untuk membawa ke arah pinggir. Untung saja tidak lama Mak Otik dapat menemukannya.
“Tolong
anak saya, Mak Otik.” Mohon Mak Otek, si ayam.
“Terima
kasih, Mak Otik. Kamu sudah menyelamatkan anakku.” Sahut Mak Otek matanya berkaca-kaca.
Mak
Otik terharu sikap MakOtek yang begitu saying kepadanya. Semenjak itu Mak Otik berjanji
tidak akan ceroboh lagi. Ia akan bertelur dalam satu tempat. Sebulan berlalu,
Mak Otik bertelur. Pak Parto jadi senang.
![]() |
Kelas berlangsung di Post Bookshop, Pasar Santa. Jakarta Selatan Dok DKJ |
2. Cerita
Misteri (Cerita Anak)
Oleh
Ceria Kristi Br Tarigan
Dea bangun pagi.
Dilihatnya tempat tidurnya basah. Ternyata Dea masih menyimpan kebiasan buruk tentangnya,
selalu mengompol malam hari. Mama selalu mengingatkan agar malam hari untuk membuang
air kecil terlebih dahulu. Mamanya juga sampai kesal.
Dea….terdengar suara
Mama berteriak. Dea pun menutup telinganya
dengan kedua tangannya.
“Dea…Kamu mengompol. Mana
janji Dea untuk tidak mengompol lagi?” tagih Mama marah.
“Mama kan, jadi capek membersihkan
tempat tidur kamu. Manalagi mama memasak. Mencuci. Menyetrika.” sahut Mama lagi
kesal.
Sudah berulang-ulang
Mama ingat kan tapi tetap saja Dea merasa hal itu wajar. Wajah Dea pun penuh periang.
Seolah-olah ia tidak ingat kejadian tadi pagi. Ia pun pergi ke sekolah dengan semangat.
@@@
Sudah dua hari berturut-turut
Dea tak mengompol. Mama senang sekali. Dan juga Dea tidak di omelin Mamanya.
Kata Mama, akhirnya Dea belajar juga.
“Wah, akhirnya kamu enggak
mengompol.” puji Mama sambil membersihkan tempat tidur Dea pagi itu. Dea terkekeh
mendengar perkataan Mama. Dan senyum sendiri. Padahal tadi malam ia diingatkan oleh
ayahnya. Tapi tidak berlangsung lama, esok ia sudah kembali seperti biasa. Keesokan
harinya, ia mengompol lagi.
Seminggu berlalu.,malam
itu sekitar pukul 12 malam. Tiba-tiba Dea merasa ingin membuang air kecil. Ia melangkah
ke kamar mandi belakang dekat dapur. Ada sesuatu yang mengganjal terdengar.
Ssssrrkk..Sssrrkkk..terdengar
suara dari dapur ketika Dea hendak menutup pintu. Wajah Dea pucat.Bulu kuduknya
merinding. Baru kali ini ia terbangun tengah malam. Suara itu makin keras. Dea lari
ke kamar. Menarik selimut. Memejamkan mata.
Anehnya, Dea tak berani
untuk keluar ke kamar. Padahal, kabarnya Dea bocah petualang. Tak sabar ia bercerita
dengan temannya.
“Wah, nanti hantunya suka
sama kamu, Dea.” tutur Dika menggoda.
“Lho, kamu kok takut Dea.
Percuma julukan kamu, Si Bocah Petualang.” ucap
Tania dengan nada tinggi.
Dea menggeleng kepala.
Awalnya, ia berharap dapat memecahkan masalahnya. Ternyata, tidak sama sekali.
“Huft..Bukannya ngasih saran tapi malah ocehan. Ehm, payah mereka.” gumam Dea bersunggut-sunggut.
“Aku akan buktikan, si Dea bocah petualang.” Janji Dea dalam hati.
Malam hari tiba. Seusai
belajar Dea bercerita dengan kakaknya. Tia, namanya. Dengan senang hati Tia
mendengar curhata diknya Dea.
“Oh iya, kak. Aku dengar
suara dari dapur tengahmalam. Ih serem,
deh.” Cerita Dea.
“Ah, mungkin kamu salah dengar, kali. Kakak juga sering ke
dapur, kalau mau minum.” kata kakak Tia menenangkan hati adiknya.
“Tuh, pasti kamu percaya
sama mitos dulu.” Lanjut Tia menerka.
“Ehm, bukan begitu kamukan
karena tidak dengar. Coba kalau dengar. Pasti kamu juga takut. Huhu.” Tukas Dea
mengejek. Dea tak sabar ingin membuktikannya. Malam itu juga Dea mengompol lagi.
@@@
“Ya ampun lelahnya.” kata
Dea membaringkan badanya ke tempat tidur. Dea akhirnya tertidur, malam itu. Tiba-tiba Dea terbangun. Ia hendak membuang
air kecil. Sebenarnya, ia sudah wanti-wanti agar tidak membuang air kecil tengah
malam. Jantungnya, berdegup kencang. Ia bertekad tak akan takutl agi.
Sementara kakaknya Tia mendengar
suara langkah ke belakang. Ia pun hendak beranjak. Mengintip siapa yang ke belakang.
“Ya ampun. Ternyata, Dea.” gerutu Tia, kakaknya itu.
Srrkk…Srkk..terdengar suara
dari dapur. Bulu kuduknya merinding. Dea masih di kamar mandi. Ditambah terdengar
suara, cit…cit.cit…Dea berteriak.
“Aaaa…Kakak
Tia..”teriak Dea membuka pintu.
Tia sampai tertawa terbahak-bahak
melihat Dea. “Jadi ini yang buat kamu takut.” kata Tia yang berada di depan pintu
kamar mandi itu.
“Sama tiku saja takut.Hahaha”
geledek Tia, kakaknya.
“Kebetulan, kakak tadi lagi
lihat tikus dikeranjang sampah. Jadi kakak pasang perangkap saja.” kata Tia
menjelaskan. “Tuhkan, apa yang kakak sampaikan bener.”
Dea mengangguk-angguk.
Ia baru tahu ternyata tikus. Namun semenjak peristiwa itu, Dea jadi ingat sebelum
tidur ia membuang air kecil. Meski begitu, Dea belajar akan pentingnya suatu perubahan.
Rasa takut itu membuat Dea akhirnya, tidak mengompol lagi.
- Ingat
jangan ambil milik karya orang lain ya!
- Cantumkan
sumber jika ingin melengkapi tulisanmu!
Ruang Kaca, Kantor Dewan Kesenian Jakarta
Dok DKJ
No comments:
Post a Comment