Sekolah Ramah Anak Dengan Bahan Non-Organik
Oleh Ceria Kristi Br Tarigan
SEBUTAN sekolah ramah anak akhir-akhir ini menjadi tren bagi setiap tingkat pendidikan, khususnya sekolah dasar. Istilah sekolah ramah anak adalah satuan pendidikan formal, nonformal dan informal yang aman, bersih, sehat, peduli dan berbudaya lingkungan hidup, dan mampu menjamin.
Selain itu memenuhi, menghargai hak-hak anak dan perlindungan anak dari kekerasan, diskriminasi dan perlakuan salah lainya serta mendukung partisipasi anak terutama dalam perencanaan, kebijakan, pembelajaran, pengawaasan dan mekanisme pengaduan terkait pemenuhan hak dan perlindungan anak di pendidikan.
Betapa tidak, anak-anak diajarkan bagaimana memilih makanan yang patut dikonsumsi serta bagaimana seorang anak ramah dengan lingkungan sekitarnya. Jika dilihat dari semboyan yang dikenal dengan istilah Opung Sari, yakni Operasi Pungut Sampah Setiap Hari pada Kabupaten Deli Serdang itu sangat menginspirasi. Namun hal yang belum disadari sebagian masyarakat adalah betapa pentingnya memanfaatkan sampah tersebut.
Sampah dapat dikategorikan menjadi dua bagian yakni sampah organik dan sampah non- organik. Diketahui bahwa sampah organik lebih mudah penguraiannya daripada sampah non-organik. Sampah non-organik contohnya bahan yang terbuat dari plastik. Para konsumen tentunya banyak mengkonsumsi bahan plastik dalam setiap rumah tangganya.
Tidak usah jauh, salah satunya botol air minum aqua dan sejenisnya. Ini menjadi masalah meskipun dapat didaur ulang kembali. Terkadang botol bekas aqua plastik berserakan di tengah-tengah lapangan misalnya seusai upacara peringatan baik di hari ulang tahun Republik Indonesia ataupun acara lainnya. Inilah yang menjadi problematika kita.
Masalah problematika ini menjadi tugas pribadi masing-masing. Saya jadi teringat oleh salah satu negara yang disiplin dengan sampah yakni Jerman. Masyarakat Jerman pada umumnya memiliki empat tong sampah. Masing masing sampah dibedakan menjadi empat bagian. Seperti yang tertulis dalam artikel, “Belajar Membuang Sampah di Jerman Oleh Thomson Hs, Analisa 06 Januari 2018.
Keempat bagian itu adalah:
Pertama, tong berwarna kuning (gelbe Sacke) dikhususkan untuk sampah-sampah kemasan (verpackungen) dari bahan plastik dan kaleng.
Kedua, tong berwarna biru (blaue Mülltonne) untuk sampah-sampah dari bahan kertas.
Ketiga, tong berwarna hitam (Schwarze Mülltonne) untuk limbah sisa dan yang susah dipilah (restmüll) seperti pembalut, popok bayi, tissue, mainan rusak, perabot rumah tangga yang rusak, termasuk sisa makanan yang tidak habis.
Keempat, tong berwarna coklat (braune Mülltonne) untuk sampah berbahan organik (biomüll) seperti sisa sayuran, kulit buah, dedaunan, sampah kopi atau teh, dan lain-lain.
Hal tersebut patut dicontoh. Kebiasaan itu harus dimulai dari diri sendiri. Lalu yang perlu dilakukan adalah bagaimana menciptakan suasana ramah lingkungan terlebih di sekolah. Bagaimana mengajak anak didik untuk mengenal sekolah ramah lingkungan. Pertama sekali ajarkan kepada anak-anak jenis sampah terkhusus sampah non-organik.
Sampah non-organik adalah sampah yang dihasilkan dari berbagai macam proses, di mana jenis sampah ini tidak akan bisa terurai oleh bakteri secara alami dan pada umumnya akan membutuhkan waktu yang sangat lama di dalam penguraiannya. Sebut saja botol bekas air minum dalam kemasan. dari bahan plastik, ternyata dapat didaur ulang menjadi sebuah pot bunga.
Cara pengolahanya cukup mudah. Pertama sekali lubangi atas bawah sebanyak empat lubang kanan dan kiri aqua tersebut dengan seutas kawat yang telah dipanaskan dengan api. Lalu, pasang tali kedua pada bagian botol. Sambungkan botol lainnya dan beri penahan kayu atau kawat agar tidak kendur sampai tingkat ketiga. Pot tersebut siap untuk digunakan. Isi tanah yang penuh humus. Tanamlah bunga krokot. Lalu gantungkan di sekolahmu.
Sekolah yang penuh keindahan akan membuat betah anak-anak untuk belajar. Bukankah hal pengolahan botol aqua bekas itu mengurangi sampah non-organik?Justru hal itu yang belum banyak dilakukan. Sekolah di perkotaan juga dapat menciptakan lingkungan hijau di tengah-tengah kota. Ciptakan sekolah hijau dengan bahan non-organik! Memungut satu sampah botol plastik berarti sudah mencintai budaya cinta lingkungan. Ayo, kapan lagi!
Artikel Lingkungan, Analisa 05 Agustus 2018