Wednesday 22 January 2014

Artikel Taman Remaja Pelajar Analisa Minggu







Ketika Embart Nugroho, bilang cinta
dalam prespektif  novel “Cinta Masih Ada”

Oleh Ceria Kristi Br Tarigan

Hidup manusia tidak terlepas dari cinta. Sebab cinta bersifat universal. Ketika Embart (anggota KSI-Medan) mengatakan cinta dalam novelnya, maka di benak saya ada konsep tentang kaum remaja mengenai cinta. Dilihat dari judul novel Embart, hal ini  membuat penasaran kaum remaja tentang hal ini “Cinta Masih Ada”. Betapa tidak, novel Embart dominan bergenre Tenlit tentang cinta dari lima novel yang sudah terbit, di antaranya Guardian Angel, Love Hurts, Nenek Galau, When I Fall In Love, Cinta Masih Ada. Penulis yang berdomisili  di kota Medan ini  membuat daya tarik pembaca semakin tinggi khususnya kaum remaja.
“Cinta Masih Ada” dibedah pada  28 September 2013 di Badan Arsip Dokumentasi Daerah  Provinsi Sumatera Utara (BAPERASDA PROVSU). Tepat pukul : 17. 00 Wib dengan pembedah buku di antaranya Hasan Albanna (alumni Unimed), M. Raudah jambak yang juga (alumni Unimed) dan seorang Anggrek Lestari mahasiswi (Universitas Sumatera Utara). Bedah buku ini berjalan dengan diskusi yang hangat, atas kehadiran  dan partisipasi para mahasiswa dari berbagai universitas serta sekretaris Perpustakaan Daerah SUMUT. Mereka juga mendapatkan hadiah buku dari penulis.
M. Raudah Jambak mengatakan ciri-ciri yang digunakan “Cinta Masih Ada” yang berkisar 175 halaman yang terbit di Media Prasindo lebih masuk ke dunia remaja. Meskipun dalam novel Embart Nugroho tidak memiliki usia belasan tahun tetapi kisah yang dihadirkan tidak mendominasi dunia remaja SMP sampai mahasiswa semester awal. Terlihat dari bahasa yang digunakan oleh penulis.  Berbeda dengan Hasan Albana mengatakan dalam Novel “Cinta Masih Ada” berhasil membuat daya tarik atau rasa penasaran pembaca. Kelebihan karya Embart adalah bagaimana penulis pandai mengemas cerita yang terjadi. Kemudian Hasan Albana mengulas tentang setting cerita di seputar kota Medan, di antaranya ada Kampus USU, Merdeka Walk, Jalan Gatot Subroto, Berastagi dan Danau Toba.  Sementara Anggrek Lestari mengatakan novel Embart mempunyai alur cepat, kemudian “miskin narasi”. Dalam penyajiannya tentang bedah buku, Anggrek mengatakan keseriusan tentang karya sastra yang benar-benar dari hati dan tidak berpengaruh pasar. Inilah yang menjadi masalah perbincangan penulis tentang pengaruh pasar. Penulis mengatakan bertahan pada prinsipnya tidak berpengaruh pada pasar. Apalagi novel yang mengangkat kearifan lokal atau budaya yang khas dari daerah asal setempatnya, yang dapat dikaji oleh mahasiswa Fakultas Sastra dan Budaya. Karya yang berbaur sastra tentunya sangat sulit dipahami oleh kaum khalayak. Karya sastra yang dibaca berulang kali maka karya sastra itu dikatakan karya sastra yang baik. Meskipun demikian karya sastra merupakan hasil pemikiran seseorang yang mengandung pesan atau moral yang disampaikan kepada pembaca. Baik dia jenis novel apapun itu, dia adalah karya sastra.
Mengenal novel Cinta masih ada, merupakan hal yang tidak akan terlepas dari kehidupan manusia. Betapa tidak, Cinta bersifat universal. Saya teringat seorang novelis Paulo Coleho  mengatakan “Cinta adalah perangkap. Ketika ia muncul, kita hanya melihat cahayanya, bukan sisi gelapnya. Cinta berarti kehilangan kendali”. Ungkapan ini mengingatkan saya pada novel Embart Nugroho “Cinta Masih Ada” dengan tokoh utama Chaca. Chaca belum dapat melupakan Frans yang begitu mencintainya tapi akhirnya nasib Frans tidak mujur akibat kecelakan dari  balapan motor. Setelah itu  datanglah Ferry, yang merupakan adik Frans yang ingin membalas dendam kepada Chaca karena menggangap kematian Frans akibat dari Chaca. Namun apa boleh buat, Chaca kehilangan kendali untuk jatuh cinta  pada Ferry, yang sama dengan wajah kekasihnya itu. Peristiwa itulah yang membuat kita lupa akan apa entitas cinta itu sebenarnya.
Hal yang sama saya ingat tentang seorang novelis yang mengatakan Cinta tiada berakhir. Cinta adalah lautan tak bertepi. Cinta tidak hanya seseorang yang dicintai tetapi di sekitar lingkungan terdapat cinta yang membuat kita sadar akan apa makna cinta sebenarnya. Saya melihat novel “Cinta Masih Ada” terdapat Cinta tiada berakhir, meskipun Chaca kehilangan kendali. Chaca menemukan cintanya yakni Raka.  Diakhir cerita novel Embart dikemas dengan ending yang romantis, terutama keluarga Chaca meskipun Hartati--Ibu dari Chaca meninggal. Namun yang dirasakan Chaca adalah Cinta masih ada bahwa sekelilingnya masih ada yang mencintai dirinya yang begitu tulus meskipun dia baru sadar apa sebenarnya makna cinta itu. Saya melihat dalam novel “Cinta Masih Ada” cenderung digeluti  dunia remaja. Dilihat dari bahasa yang digunakan yakni tidak ciri khas bahasa di  Medan tetapi Embart sangat kritis membuat interjeksi Bah dengan teknik pelukisan dalam novel “Cinta Masih Ada” yakni teknik dramatik. Teknik dramatik yang banyak menggunakan dialog.  Nah buat sahabat TRP, saya ingin mengatakan sekali lagi novel “Cinta Masih Ada” ini merupakan cerita dan covernya dikemas dengan menarik.
                                                       Terbit Taman Remaja Pelajar Analisa,  Desember 2013

No comments:

ASYIK DI RUMAH, NGAPAIN AJA YA?

4 KEGIATAN ASYIK DI RUMAH DAN BERBAGI CERITA S udah dua bulan aktivitas dilakukan di rumah. Belajar, bekerja dan beribadah. ...