Saturday 19 January 2019

ARTIKEL LINGKUNGAN, SEKOLAH RAMAH ANAK DENGAN BAHAN NON-ORGANIK

                           Sekolah Ramah Anak Dengan Bahan Non-Organik

                                      Oleh Ceria Kristi Br Tarigan

SEBUTAN sekolah ramah anak akhir-akhir ini menjadi tren bagi setiap tingkat pen­didikan, khususnya sekolah dasar. Istilah sekolah ramah anak adalah satuan pendi­dik­an formal, nonformal dan informal yang aman, bersih, sehat, pe­duli dan berbudaya lingkungan hidup, dan mam­pu men­jamin.
Selain itu memenuhi, menghargai hak-hak anak dan per­lindungan anak dari kekerasan, diskriminasi dan perlakuan salah lainya serta mendukung partisipasi anak terutama dalam perencanaan, kebijakan, pembelajaran, pengawaasan dan mekanisme pengaduan terkait pemenuh­an hak dan perlindungan anak di pendidikan.
Betapa tidak, anak-anak diajarkan bagaimana memi­lih makanan yang patut di­konsumsi serta bagaimana seorang anak ramah dengan lingkungan sekitarnya. Jika dilihat dari semboyan yang dikenal dengan istilah Opung Sari, yakni Operasi Pungut Sampah Setiap Hari pada Kabupaten Deli Serdang itu sangat menginspirasi. Na­mun hal yang belum disadari sebagian masyarakat adalah betapa pentingnya meman­faatkan sampah tersebut.
Sampah dapat dikategori­kan menjadi dua bagian yak­ni sampah organik dan sam­pah non- organik. Diketahui bahwa sampah organik lebih mudah penguraiannya dari­pada sampah non-organik. Sampah non-organik con­toh­nya bahan yang terbuat dari plastik. Para konsumen tentu­nya banyak mengkonsumsi bahan plastik dalam setiap rumah tangganya.
Tidak usah jauh, salah sa­tunya botol air minum aqua dan sejenisnya. Ini menjadi masalah meskipun dapat di­daur ulang kembali. Terka­dang botol bekas aqua plastik ber­serakan di tengah-tengah lapangan misalnya seusai upacara peringatan baik di hari ulang tahun Republik Indonesia ataupun acara lain­nya. Inilah yang menjadi problematika kita.
Masalah problematika ini menjadi tugas pribadi ma­sing-masing. Saya jadi ter­ingat oleh salah satu negara yang disiplin dengan sampah yakni Jerman. Masyarakat Jerman pada umumnya me­mi­liki empat tong sampah. Masing masing sampah dibe­dakan menjadi empat bagian. Seperti yang tertulis dalam artikel, “Belajar Membuang Sampah di Jerman Oleh Thomson Hs, Analisa 06 Januari 2018.
Keempat bagian itu ada­lah:
Per­tama, tong berwarna kuning (gelbe Sacke) dikhu­suskan untuk sampah-sam­pah kemasan (verpackungen) dari bahan plastik dan ka­leng.
Kedua, tong berwarna bi­ru (blaue Mülltonne) untuk sam­pah-sampah dari bahan kertas.
Ketiga, tong berwar­na hi­tam (Schwarze Müll­tonne) untuk limbah sisa dan yang susah dipilah (restmüll) se­perti pem­balut, popok bayi, tissue, mainan rusak, perabot rumah tangga yang rusak, termasuk sisa makanan yang tidak habis.
Keempat, tong berwarna coklat (braune Mülltonne) untuk sampah berbahan or­ganik (biomüll) seperti sisa sa­yuran, kulit buah, dedaun­an, sampah kopi atau teh, dan lain-lain.
Hal tersebut patut di­con­toh. Kebiasaan itu harus di­mulai dari diri sen­diri. Lalu yang perlu dilakukan adalah bagai­mana menciptakan sua­sana ramah lingkungan terle­bih di sekolah. Bagaimana mengajak anak didik untuk mengenal sekolah ramah lingkungan. Pertama sekali ajarkan kepada anak-anak jenis sampah terkhusus sam­pah non-organik.
Sampah non-organik ada­lah sampah yang dihasilkan dari berbagai macam proses, di mana jenis sampah ini ti­dak akan bisa terurai oleh bak­­teri secara alami dan pada umumnya akan membutuh­kan waktu yang sangat lama di dalam pengu­raiannya. Sebut saja botol bekas air mi­num dalam kemasan. dari bahan plastik, ternyata dapat didaur ulang menjadi sebuah pot bunga.
Cara pengolahanya cukup mudah. Pertama sekali lu­bangi atas bawah sebanyak empat lubang kanan dan kiri aqua tersebut dengan seutas kawat yang telah dipanaskan dengan api. Lalu, pasang tali kedua pada bagian botol. Sam­bungkan botol lainnya dan beri penahan kayu atau kawat agar tidak kendur sam­pai tingkat ketiga. Pot terse­but siap untuk digu­nakan. Isi tanah yang penuh humus. Tanamlah bunga krokot. Lalu gantungkan di sekolah­mu.
Sekolah yang penuh kein­dahan akan membuat betah anak-anak untuk belajar. Bu­kankah hal pengolahan botol aqua bekas itu mengurangi sampah non-organik?Justru hal itu yang belum banyak dilakukan. Sekolah di perko­taan juga dapat menciptakan lingkungan hijau di tengah-tengah kota. Ciptakan seko­lah hijau dengan bahan non-organik! Memungut satu sampah botol plastik berarti sudah mencintai budaya cinta lingkung­an. Ayo, kapan lagi!
Artikel Lingkungan, Analisa 05 Agustus 2018 

No comments:

ASYIK DI RUMAH, NGAPAIN AJA YA?

4 KEGIATAN ASYIK DI RUMAH DAN BERBAGI CERITA S udah dua bulan aktivitas dilakukan di rumah. Belajar, bekerja dan beribadah. ...